Pernah, aku jatuh cinta pada anak manusia.
Aku sebut dia pangeran impian.
Pernah, aku berharap pada sosoknya.
Dimana hadirnya, selalu kudamba.
Pernah aku rindu, serindu-rindunya...
Ketika namanya disebut, bergetarlah seluruh jiwa.
Aku sangat mengaguminya...
Karena dia begitu indah.
Akupun berpikir, tak kan mampu hidup tanpanya.
Jangankan berpisah raga, jauh sedetikpun aku tak bisa.
Aku menangis bila tak jumpa.
Hatiku sedih dan pilu, saat tak ada kabar tentangnya.
Pernah juga aku merasa...
Hanya dia yang bisa membuatku jatuh dan mencinta.
Aku semakin terlena menikmati cinta fana.
Ku jauh dan melupakan Dia karena dia.
Hingga remuk hatiku ini karena kelakuanku sendiri.
Aku sebut dia pangeran impian.
Pernah, aku berharap pada sosoknya.
Dimana hadirnya, selalu kudamba.
Pernah aku rindu, serindu-rindunya...
Ketika namanya disebut, bergetarlah seluruh jiwa.
Aku sangat mengaguminya...
Karena dia begitu indah.
Akupun berpikir, tak kan mampu hidup tanpanya.
Jangankan berpisah raga, jauh sedetikpun aku tak bisa.
Aku menangis bila tak jumpa.
Hatiku sedih dan pilu, saat tak ada kabar tentangnya.
Pernah juga aku merasa...
Hanya dia yang bisa membuatku jatuh dan mencinta.
Aku semakin terlena menikmati cinta fana.
Ku jauh dan melupakan Dia karena dia.
Hingga remuk hatiku ini karena kelakuanku sendiri.
Pernah juga ku hampir mati...
Terdampar ku berhenti berharap.
Hingga ku sadari hitamnya luka ini.
Tapi tak sepenuhnya hitam.
Ada sesuatu dibalik pekatnya hitam.
Seperti pelangi yang muncul setelah mendung dan hujan.
Ternyata, Allah telah memberikan pelajaran berharga dari dia.
Jiwa yang ku cinta sebelum waktunya.
Hatiku seperti ditekan hingga remuk tak berbentuk.
Nadiku seolah berhenti berdenyut.
Saat dia menghilang dan tak kulihat sedikitpun bayangannya.
Ooh...ternyata aku salah.
Ternyata aku bodoh.
Ku gantungkan segala harapan itu pada manusia.
Sesosok jiwa yang pasti berubah-rubah hatinya.
Aku benar-benar tersadar akan kematian imanku.
Yang telah dibutakan sendiri oleh cintaku.
Cinta kepada makhlukNya.
Yang perlahan membuatku jauh dari mencintaiNya.
Kini ku tak ingin sedikitpun membagi perhatianku.
Ku ingin mencurahkan segalanya padaMu Rabbku.
Sebelum nanti, Allah menyatukan hatiku dengan dia.
Iyaaa...dia.
Dia yang telah dituliskan untukku.
Sejak dari 50.000 tahun yang lalu.
Sebelum bumi ini diciptakan.
Dialah cinta sejatiku, pangeranku, jodohku.
Sahabatku, begitulah. Mencintai seseorang tak selamanya berbalas dengan kebahagiaan. Tak jarang justru malah berakhir dengan kekecewaan yang akhirnya hanya menyisakan rasa perih serta kesedihan yang mendalam.
Jika kita mau berpikir dan mencari penyebab kekecewaan itu pastilah kita akan tahu jawabannya. Bisa jadi karena kita terlalu menggantungkan cinta dan harapan itu kepada orang yang kita cintai, dengan tidak melibatkan sang pemilik cinta yaitu Allah Rabbul Izzati.
Maka ketika hati sudah terpaut cinta pada seseorang dan sangat mengharapkan bisa bersanding dengannya, seringkali yang ada malah kecewa atau menderita karena pengharapan.
Jika kita mau merenung, hakekatnya itulah wujud kasih sayang Allah pada hambaNya karena rahmat Allah tidak selalu berwujud kemudahan akan harapanmu, tapi juga berwujud dengan memutuskan atau mengecewakan harapanmu.
"Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah SWT." (Imam Syafi'i).
Kita semua pasti pernah merasakan berharap pada manusia sekalipun itu pada keluarga dan sahabat kita. Namun dalam perjalanannya sering sekali kita merasa kecewa pada mereka.
Hari ini. Allah menunjukkan kepadaku bahwa mereka yang selama ini aku andalkan hanya sebatas manusia. Manusia yang juga sama-sama terlalu rapuh untuk menjadi tempat bergantung.
Memang tidak mudah untuk bisa berharap sepenuhnya pada Allah. Tapi aku percaya dan yakin bahwa memang Allah lah satu-satunya dzat tempat untuk bersandar dan menggantungkan semua harapan. Karena Dialah yang paling mengetahui atas segala kebutuhan makhlukNya.
Sebuah refleksi
Aku minta kepada Allah setangkai bunga segar, Allah beri aku kaktus berduri.
Aku minta kepada Allah binatang mungil cantik, Allah beri aku ulat berbulu.
Aku sedih, kecewa, protes, mengapa Allah tidak adil padaku.
Namun kemudian...
Kaktus itu berbunga indah, bahkan sangat indah.
Dan ulat itupun tumbuh dan menjadi kupu-kupu yang cantik.
Itulah jalan Allah, indah pada waktunya.
Kadang kita sedih, kecewa, tapi jauh di atas segalanya Allah sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.
حسبن الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير
Hasbunallaah wa ni'malwakil ni'mal maulaa wa ni'man nashiir(Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung)
لاحول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
Laa haula walaa quwwatra illa billaahil ‘aliyyil azhiim(Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecualli atas pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung)
Jika berharap, berharaplah pada Allah.
Jika meminta, mintalah pada Allah.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". [QS Ar-Ra'd (13) : 28]
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". [QS Ar-Ra'd (13) : 28]
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". [QS Yusuf (12) : 86]
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS. Al-Maidah (5): 23)
Sahabatku yang sedang dirundung duka dan nestapa karena cinta. Jangan sesekali kau bermain hati. Jangan mencoba mencicipi cinta manusia sebelum akad nikah dilafadzkan.
Berharaplah penuh padaNya. Jangan pada manusia. Karena manusia mudah sekali berubah hati dan pikirannya. Tapi Allah, Dia akan tetap memberikan yang terbaik untukmu, untuk kita.
Allah SWT berfirman:
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah: 8).
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Semoga bermanfaat.
Subbhanallah
BalasHapusAlhamdulillah, Allahu Akbar :)
HapusSubhanallah...sy sdh mengalaminya..pedih..tp itu menjadikan diri semakin dekat dg Allah
BalasHapusAda derajad yg tidak bisa dicapai kecuali melalaui kepedihan kehilangan
Luar biasa komentar anda ukhty ... Apa yang sudah saya tulis ini adalah murni pengalaman saya. Dan betapa Allah itu ternyata Maha Baik dan Belas Kasih. Segala kesedihan dan air mata Allah ganti dengan kebahagiaan. Tiada henti-hentinya saya bersyukur atas segala rahmat dan kasih sayangNya :)
HapusSama2 ukhti..sy senannngg skli baca tulisan ini..saya bangeet, tp sy ga bs mngungkapkan
BalasHapusTks ssh mmbuat tulisan spt ini..saling mngingtkan dlm kebaikan
Smg Allahmberikan kelebihan dlm syiar..aamiin
Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin. Tetap semangat saudariku. Semangat untuk meraih ridhaNya :)
Hapusbagaimana dengan berharap pada orang tua kita?
BalasHapusBerharap ridhanya maksudnya ya? Boleh. Dan malah wajib hukumnya.
HapusDari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)
Jadi, seeorang anak wajib berusaha agar mendapat ridha orang tuanya. Terdapat hubungan sebab-musabab. Berbakti kepada orang tua merupakan sebab. Adapun ridha Allah dan ridha orang tua merupakan musabab. Demikian :)